17
Juli 2016
Seperti biasa setelah mandi pagi sekitar jam 08.30
kami menuju dapur untuk sarapan, sebetulnya kami bisa masak apa saja karena di
hostel di sediakan peralatan lengkap, tapi karena untuk praktisnya kami hanya
bikin susu, kopi dan teh hangat dan sarapan mie instan. Di meja makan saat
sarapan inilah kami banyak berinteraksi dengan penghuni kamar yang lain yang
semuanya dalah para turis dari bermacam macam negara. Ada yang dari Chili,
Siberia, Thailand dan Korea. Kami saling bertukar cerita tentang negara masing
masing dan juga petualang selama di Saint Petersburg.
Check
out
Setelah selesai sarapan kami segera berkemas kemas
untuk check out dari hostel. Sekitar pukul 10.30 kami check out dan kami
langsung menuju ke Moskovskiy Vokzal dengan metro dari stasiun Admiralteyskaya.
Untuk sampai di Moskovskiy Vokzal, kami harus melalui 2 jalur metro, yaitu
jalur hijau dari stasiun Admiralteyskaya sampai stasiun Pushkinskaya kemudian
dari stasiun Pushkinskaya pindah ke jalur merah sampai stasiun Plosyad
Vosstaniya. Stasiun Plosyad Vosstaniya adalah stasiun metro terdekat dengan
Moskovskiy Vokzal. Perjalanan dari metro Admiralteyskaya ke metro Plosyad
Vosstaniya ditempuh sekitar 13 menit.
Kenapa kami harus ke Moskovskiy Vokzal, sementara
kereta kembali ke Moscow baru berangkat pukul 21.24 malam?
Penitipan
barang di stasiun
Sebagai informasi di Moskovskiy Vokzal ada fasilitas
penitipan barang untuk mempermudah para wisatawan dari kerepotan membawa
barang. Fasilitas ini cukup membantu bagi para wisatawan, karena biasanya waktu
check out penginapan, baik hotel, hostel, dan lain-lain adalah sekitar pukul
12.00 atau 13.00. Bagi wisatawan yang menginap di hotel besar mungkin masih
bisa menitipkan barangnya di hotel, tetapi bagi yang menginap di hotel kecil
atau hostel, hampir tidak mungkin untuk menitipkan barang-barang di sana
mengingat keterbatasan tempat.
Ada dua pilihan model penitipan yang disediakan di
sini, pertama dengan hitungan per item barang, dengan model ini barang-barang
yang dititipkan dikumpulkan menjadi satu setelah diberi tanda. Hitungan biaya untuk model ini adalah
berdasarkan jumlah item barang dan lamanya waktu penitipan, yaitu 1 jam, 2 jam
dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 170 per item barang. Untuk penitipan
model ini disediakan beberapa loket penerimaan barang, tetapi karena memang
sedang musim liburan musim panas, tempat tempat tersebut penuh sehingga
antriannya panjang.
Model kedua adalah menggunakan hitungan jumlah loker
yang digunakan, di mana setiap pengunjung menyewa sejumlah loker (bisa 1 atau
lebih tergantung jumlah barang yang akan dititipkan). Hitungan biaya untuk
model ini berdasarkan jumlah loker yang disewa dan lamanya waktu penitipan,
yaitu 1 jam, 2 jam, dan 3 – 24 jam, dengan harga mulai RUR 340 per loker. Pada
model kedua hanya disediakan satu loket
penerimaan barang. Keuntungan model kedua adalah berapapun item barang yang
kita bawa, hitungannya tetap jumlah loker yang kita sewa. Untuk barang atau
koper yang berukuran kecil atau sedang, bisa kita letakkan di dalam 1 loker.
Di setiap loket penerimaan barang tampak antrian yang
cukup panjang, tetapi antrian di loket model kedua terlihat lebih sedikit,
sehingga kami putuskan untuk ikut antri di loket model kedua.
Di saat anak saya sudah sampai dibarisan nomor dua
dari depan ada pengumuman bahwa sudah tidak ada tempat lagi, kalau mau bisa
tetap antri sambil menunggu orang ambil barangnya. Beruntungnya karena kurang
sabar orang di depan anak saya malah keluar dari antrian sehingga anak saya
menjadi yang terdepan dan tidak lama kemudian ada orang mengambil barang
sehingga koper kami bisa masuk.
Masjid
“Soekarno”, Saint Patersburg
Setelah koper aman di
penitipan, kami lanjutkan petualangan kami hari itu. Sesuai rencana kami mau
mendatangi masjid biru atau biasa disebut masjid “Soekarno”. Masjid biru atau
masjid “Soekarno” hanya istilah saja, nama resminya adalah Saint Petersburg
Mosque.
Dari Moskovskiy Vokzal, kami
menggunakan metro jalur merah pindah ke jalur hijau dari stasiun Mayakovskaya
ke stasiun Gostineiy Dvor lalu pindah jalur biru dari satsiun Nevskiy Prospekt
ke stasiun Gorkovskaya, yang merupakan stasiun metro terdekat dengan masjid
Saint Petersburg. Perjalanan dari metro Mayakovskaya ke metro Gorkovskaya
ditempuh sekitar 9 menit.
Masjid Saint Petersburg terletak di pusat
kota, tepatnya di Kronverkskiy Prospekt No. 7, tak jauh dari Sungai Neva dan
Benteng Peter & Paul yang ikonik di Rusia. Masjid yang didominasi warna
biru ini bernama asli Jamul Muslimin, tetapi lebih sering dijuluki sebagai Blue
Mosque atau Masjid Biru.
Masjid ini sebenarnya mulai dibangun pada
tahun 1910 dan mulai dibuka untuk umum pada tahun 1913. Sejarah berdirinya
masjid dapat dilihat di https://en.wikipedia.org/wiki/Saint_Petersburg_Mosque
Pada tahun 1950-an masjid ini dijadikan
gudang oleh pemerintah Rusia yang kala itu masih berada di era kepemimpinan
komunis. Semua tempat ibadah baik gereja maupun masjid tak boleh digunakan
untuk beribadah.
Lalu kenapa sampai ada istilah masjid “Soekarno”?
Kisahnya berawal pada tahun 1956, Soekarno
yang waktu itu ditemani putrinya, Megawati melakukan kunjungan kenegaraan ke
Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Soekarno ingin singgah ke Kota St.
Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrad.
Dalam perjalanannya menuju kota itu,
Soekarno melihat sebuah bangunan berkubah biru. Gedung itu memiliki menara yang
tinggi. Ia menduga, bangunan tersebut adalah masjid.
Ia pun meminta kepada tentara Rusia yang
mengawalnya untuk bisa mampir ke gedung itu. Namun mereka tak mengizinkannya.
Sesampainya di hotel, Soekarno masih penasaran hingga akhirnya ia memutuskan
untuk mengunjungi gedung berkubah biru itu secara diam-diam.
Sesampainya di sana, ia mendapati bangunan
itu tak dirawat secara layak. Masjid itu malah difungsikan sebagai sebuah
gudang. Melihat kondisi itu, Soekarno prihatin dan meminta jadwal kunjungan
lainnya di Leningrad dibatalkan.
Tak lama, Soekarno langsung menemui
pemimpin Rusia untuk meminta difungsikannya kembali Masjid St. Petersburg
sebagai tempat ibadah. Upaya tersebut rupanya berbuah manis. Beberapa hari
setelah Soekarno kembali ke Indonesia, utusan dari Moskow datang ke Leningrad
untuk meminta walikota membuka kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat
ibadah.
Sejak saat itu, Masjid Soekarno terus
berdiri kokoh dan berfungsi maksimal di bawah pengelolaan komunitas muslim di
St. Petersburg. Tahun 1980 masjid ini sempat direnovasi secara besar-besaran
hingga bentuknya menjadi seperti sekarang. Beberapa Presiden Indonesia di era
reformasi juga pernah mengunjungi masjid ini, antara lain Megawati pada tahun
2003 dan Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2006 lalu.
Tembok
Peter (Peter’s Curtin Wall)
Tembok
Peter merupakan bangunan tembok yang membatasi area yang cukup luas, di dalam
tembok tersebut terdapat banyak bangunan bersejarah. Saat ini bangunan-bangunan
tersebut berfungsi sebagai museum, lengkap dengan diorama dan patung-patung
yang meggambarkan kondisi asli saat jaman kejayaannya dulu.
Dari
arah masjid Saint Petersburg, kami berjalan kira-kira 500 meter melewati sebuah
taman kemudian menyeberangi sebuah jembatan kecil sebelum masuk ke pintu
gerbang tembok Peter. Tembok Peter memang terletak di sebuah delta yang menjadi
pertemuan beberapa sungai kecil sebelum bergabung menjadi sunga Neva yang cukup
besar.
Di
sebelah kiri jembatan di tepi sungai terdapat hamparan tanah lapang berumput
hijau yang tidak terlalu luas, hamparan rumput ini berbatasan langsung dengan
air sungai. Di saat musim panas seperi sekarang, hamparan rumput ini digunakan
pengunjung untuk berjemur layaknya di tepi pantai. Dengan Alaskan selembar
kain, mereka membuka pakaian sehingga yang tersisa hanya pakaian dalam saja.
Keluar dari Peter’s Curtin Wall melalui pintu
belakang, kembali terdapat hamparan rumput hijau yang berbatasan dengan sungai
kecil. Ada beberapa pengunjung yang berjemur namun tidak sebanyak dan “separah” yang berjemur di depan Peter’s
Curtin Wall.
Di sepanjang tepian sungai terdapat beberapa atraksi
yang menarik perhatian pengunjung, diantaranya adalah “rental” helicopter. Saya
sebut rental saja, karena saya tidak mengerti istilah sebenarnya yang ditulis
dalam Bahasa Russia, yang jelas kita bisa ikut terbang dengan helikopter
tersebut selama 15 menit dengan biaya RUR 5 000.
Atraksi lainnya yang tidak kalah menariknya adalah
pertandingan “Night Tale” (nama sebenarnya juga tidak tahu hehehe, karena
semuanya dalam Bahasa Russia). Setelah melewati arena pertandingan “Night
Tale”, kami disuguhi pameran tentang kehidupan para ksatria jaman dulu, ada
stand pembuatan senjata tajam, stand pembuatan baju besi untuk perang, dan
lain-lain.
Selain itu di sepanjang aliran sungai tampak pula
kapal-kapal hilir mudik membawa wisatawan menyusuri sungai.
Cuaca di Russia memang cukup ekstrim bagi kami,
walaupun suhu udara masih di bawah 300 C, tetapi udara terasa panas
dan cukup kering. Akhirnya kami putuskan untuk menyudahi petualangan kami kali ini.
Dengan panduan Google Map yang ada di mobile phone,
kami mencari rumah makan untuk makan siang. Kebetulan anak kami ada janji
ketemuan dengan teman-temannya, sesama mahasiswa Indonesia dari Kaltim di
sebuah rumah makan Korea.
Korean
Restaurant BabJib
Setelah menyusuri dan menyeberang beberapa jalan,
akhirnya kami sampai di BabJib Restaurant, yaitu sebuah Restaurant Korea. Di
sana sudah menunggu dua orang mahasiswa asal Kaltim.
Kami memilih menu yang kira-kira kami mengerti, yaitu
nasi putih, nasi goreng, bulgogi (salah satu rasa yang ada di Mie Instant
Indonesia), dan soup yang ada gambar udangnya. Sedangkan minuman yang kami
pilih adalah jus buah. Sambil ngobrol ditemani anak-anak mahasiswa dari Kaltim
tidak terasa makanan yang ada di meja sudah ludes.
Rasa makanan di restaurant Korea sangat mirip dengan
makanan Indonesia, terutama sentuhan pedasnya. Soal harga, cukup sebanding
dengan rasa dan aroma yang tersaji, sekitar RUR 600 – 700 per porsi.
Di restaurant ini juga menyediakan produk-produk
makanan instant, termasuk gingsengnya, dari Korea, seperti mie instant berbagai
rasa. Anak kami yang cewek, penasaran dengan mie instant yang iklannya tersebar
di Youtube, yaitu mie instant SHIN RAMYUN. Dengan harga RUR 80 per bungkus,
kami coba membeli 1 bungkus untuk dimasak di rumah.
Bersambung ke Bagian 4
Bersambung ke Bagian 4
0 comments:
Post a Comment